Sejumlah gedung, seperti Gold Fields House, Hudson House dan gedung Coca-Cola Amatil di kawasan Circular Quay, pusat kota Sydney telah dijual kepada investor luar negeri, mencapai harga lebih dari $ 400 juta atau sekitar Rp 4 triliun.
Pertumbuhan pembangunan apartemen dipelopori oleh perusahaan asal Cina dan Singapura.
Kepala Perencanaan Kota Sydney, Graham Jahn mengatakan dengan sejumlah gedung-gedung perkantoran yang baru yang sedang banyak dibangun, maka menjadi alasan untuk mengubah perkantoran lama menjadi tempat hunian atau apartemen.
"Sampai saat ini, sekitar lebih dari 100 ribu meter persegi perkantoran telah dikonversi [menjadi tempat hunian] dan mungkin ada lagi 220 ribu [meter persegi] yang sedang direncanakan."
"Sampai saat ini, sekitar lebih dari 100 ribu meter persegi perkantoran telah dikonversi [menjadi tempat hunian] dan mungkin ada lagi 220 ribu [meter persegi] yang sedang direncanakan."
Menurut Jahn juga permintaan tempat tinggal yang meningkat akan menimbulkan tantangan, karenanya perlu diikuti dengan peningkatan di sektor lain, seperti lapangan pekerjaan dan pelayanan. Ia juga mengatakan sejumlah warga merasa keberadaan tempat hunian akan menambah semangat kota yang baru.
"Ini memberi kehidupan pada kota di luar jam kerja...," katanya.
Mr Jahn mengatakan tingkat investasi asing saat ini bisa dikatakan mencapai tingkat "fenomenal", meski beberapa gedung harus tetap dijadikan sebagai tempat kerja.
"Ini memberi kehidupan pada kota di luar jam kerja...," katanya.
Mr Jahn mengatakan tingkat investasi asing saat ini bisa dikatakan mencapai tingkat "fenomenal", meski beberapa gedung harus tetap dijadikan sebagai tempat kerja.
"Apartemen dan tempat hunian dengan pemandangan pusat kota akan dijual mencapai $1 hingga 2,5 juta atau Rp 10 hingga 25 miliar rupiah.
"Ada beberapa tempat yang akan akan diubah menjadi tempat hunian, tetapi dianggap masih bisa digunakan untuk tempat bekerja kedepannya," jelas Jahn.